Banda Aceh“Alhamdulillah, Ibu Ketua jadi Wakil Walikota Banda Aceh,” Pekik Umar Ismail, Juru Kampanye Mawardi-Illiza ketika mengetahui pasangan ini memenangkan pemilihan kepala daerah langsung di Banda Aceh 2006 lalu.

Kegembiraan Umar, tak bisa disembunyikan. Dia dengan cepat mengirim ucapan selamat dan berterimakasih kepada masyarakat yang telah mendukung pasangan ini.

Perjuangan panjang yang melelahkan, ternyata membuahkan hasil dan mewujudkan impian Umar serta masyarakat Banda Aceh. Illiza kini telah resmi menjadi wakil Walikota perempuan pertama di Kota Banda Aceh. Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, secara resmi melantik pasangan ini pada tanggal 19 Februari 2007 lalu.

Pelantikan Ely, panggilan akrab perempuan kelahiran Banda Aceh, 11 Oktober 1973, menjadi wakil Walikota Banda Aceh, mengukir sejarah baru bagi Ibu Kota Provinsi Aceh.

Siapa bilang perempuan tidak bisa berjaya di Kota Serambi Mekah. Buktinya, seorang perempuan bisa menjadi wakil walikota Banda Aceh. Setelah sekian lama tidak pernah terdengar ada perempuan yang memimpin rakyatnya pasca kemerdekaan Republik ini, Ely telah membuktikan hal tersebut.

Tampilnya Illiza sebagai pendamping Mawardi Nurdin dalam memimpin Kota yang penuh sejarah ini, diharapkan mampu membawa perubahan dalam mewujudkan masyarakat Banda Aceh yang bermartabat, terutama bagi kaum perempuan.

Melihat kembali sejarah tempo dulu, perempuan Aceh tampil dimana-mana. Ada yang menjadi Ratu, Panglima perang, pengatur strategi, serta ada pula yang menjadi ulama. Namun, hal itu sangat jauh berbeda setelah kemerdekaan Republik ini.

Zaman telah berubah. Seorang perempuan yang lahir dari keluarga ulama kini memimpin kota. Walau posisinya sebagai Wakil Walikota, setidaknya suara perempuan bisa tersalurkan dalam berbagai program kebijakan kota, ini simbol emansipasi perempuan Aceh.

Istri dari Amir Ridha dan ibu dari Muhammad Hakiki serta Muhammad Luthfi ini tidak diragukan lagi kemampuannya dalam memimpin, mengingat Ely sudah banyak makan asam garam di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh. Sebelumnya, dia juga menjabat sebagai ketua Fraksi Partai Persatuan dan Pembangunan (PPP) kota Banda Aceh.

Illiza memulai karirnya sebagai wakil bendahara PPP kota Banda Aceh. Kemudian, ia dipercayakan menjadi Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PPP Kota Banda Aceh Periode 2006-2011. Terakhir ia menjabat sebagai Ketua Fraksi Pembangunan DPR Kota Banda Aceh sebelum dilantik jadi wakil Walikota.

Penyandang gelar tokoh lingkungan dari harian waspada ini menamatkan seluruh pendidikannya di kota Banda Aceh. Mulai Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah serta kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM), Jurusan Manajemen 2005 lalu. Saat kuliah, ia telah menjadi wakil rakyat dari Fraksi PPP pada tahun 2002-2004 dan 2004-2006.

Di tengah kesibukannya sebagai birokrat, Illiza juga aktif di berbagai organisasi, seperti wakil Ketua Pengurus Wilayah (PW) Wanita Persatuan Pembangunan, Bendahara Parmusi, Wakil Ketua DPD-KNPI NAD, Presidium Balai Syura Ureung Inong Aceh, Sekretaris Muslimah Parmusi, Wakil Bendahara KB-PII Kota Banda Aceh dan Sekretaris KPPI Kota Banda Aceh, serta Ketua Kwarda Pramuka kota Banda Aceh.

Putri Alm Sa’aduddin Djamal dan cucu Alm Zainal Bakri (mantan Bupati Aceh Besar) dikenal luas masyarakat, terutama dalam komonitas warga kota Banda Aceh dan Aceh Besar.

Sejak kecil, Ely sudah berbaur dalam sistem pemerintah, karena kakeknya pernah menjabat sebagai Bupati Aceh Besar selama dua periode dan Ayahanda seorang politisi PPP yang cukup disegani di masanya.

Melihat latar belakang itulah, kita tidak perlu meragukan lagi perempuan yang murah senyum ini untuk memimpin kota Banda Aceh. Walaupun secara umum Banda Aceh ini mempunyai persoalan yang cukup besar, rumit dan kompleks, sehingga perlu penanganan dan pembinaan yang terus menerus, terarah dan terpadu dengan visioner andal dan kredibel.

“Saya bersyukur dengan amanah masyarakat kota untuk menciptakan perubahan kondisi sosial yang telah rusak akibat hantaman tsunami, dan semoga saya dapat melayani masyarakat dengan baik,” ujar Illiza.

Pelayanan masyarakat yang baik bukan sekadar menyiapkan dan membangun infrastruktur serta sistem pelayanan yang serba prima, tetapi juga melibatkan masyarakat secara aktif sehingga mereka juga merasa menjadi bagian dari proses pembangunan.

Illiza mengajak seluruh warga kota untuk bersama-sama menyukseskan pembangunan yang sesuai dengan visi dan misi yang pernah disampaikan pada saat kampanye dulu.

“Tanpa dukungan warga kota, saya tidak yakin pembangunan kota akan terwujud sebagaimana harapan kita bersama.” Ungkapnya.

Ia juga berharap, seluruh masyarakat kota Banda Aceh terutama bagi kaum hawa untuk terus bangkit memperbaiki citra diri demi kemajuan di masa yang akan datang. “Saya masih ingat kegagahan Malahayati dalam memimpin kaum Adam, ketika mempertahankan Kerajaan Aceh tempo dulu. Cut Nyak Dhien juga demikian, ia mengantikan suaminya yang syahid dalam mempertahankan martabat rakyat Aceh,” kenang Ely.

Momentum perdamaian MoU Hensinki menjadi bekal tersendiri untuk berperan kaum hawa dalam dunia pemerintahan. Sejak kemerdekaan, Kota Banda Aceh selalu dikendalikan oleh kaum Adam. Kini tidak demikian, perpaduan antara suara hati dengan pikiran akan mengubah kota Banda Aceh menjadi kota yang bertaraf internasional, tambah ibu dua anak ini.

“Kota Banda Aceh akan menjadi sentral perdagangan dunia, karena letaknya sangat strategis sebagai pusat persinggahan dunia, seperti masa jaya Kerajaan Aceh Darussalam dulu. Maka untuk itu saya sangat mengharapkan peran aktif warga kota agar ikut mendukung proses pembangunan di Kota Banda Aceh,” harap Illiza.[]

Posted in Diposkan oleh kulatbulat di Thursday, May 29, 2008  

0 komentar: