Banda Aceh-Proses Rehabiltasi dan Rekonstruksi di Aceh merupakan suatu prestasi yang dihasilkan oleh berbagai usaha bersama baik pemerintah Pusat, BRR Aceh-Nias, pemerintah Aceh, Negara-negara asing yang telibat, NGO serta perwakilan lembaga donor lainnya adalah bentuk kebersamaan dan rasa kebersamaan untuk membangun Aceh yang lebih baik.

Demikain disampaikan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungan kerjanya ke propinsi Aceh, senin 23/2

SBY memberi apresiasi terhadap kemajuan yang pembangunan di Aceh terutama dalam membangun perekonomian yang tumbuh dan berkembang pesat, ini yang membuat saya terharu ketika menerima laporan kemajuan ekonomi Aceh yang sangat jauh berbeda dengan tahun sebelum program rehab-rekon dimulainya. Tambah SBY

Presiden mengajak, seluruh elemen sipil yang telah membantu Aceh tetap bersemangat dan bersama untuk meneruskan pembangunan di Aceh, walaupun BRR sudah berakhir masa tugasnya nanti.

Keberlangsungan kehidupan masyarakat di bumi Aceh sudah mulai berdenyut, pertumbuhan ekonomi yang sinigfikan menujukan bahwa proses rehab rekon terjadi di Aceh dalam pandangan nasional menunjukan hasil seperti yang diharapkan. Tambah SBY

SBY menengaskan, bahwa selama kepemimpinannya di tingkat Nasional, yang paling utama untuk tetap menyukseskan proses rehabiltasi dan Rekonstruksi di Aceh sampai tuntas, sehingga segala permasalahan kemiskinan seperti yang dilaporkan oleh Gubernur Aceh dapat di atasi dengan bersama dan bijaksana.

Presiden meminta alokasi anggaran sebesar 3,5 trilyur yang telah di setujui pemerintah pusat untuk melanjutkan pembangunan di Aceh dan Nias, agar benar-benar di manfaatkan sampai pada sasarannya, jangan sampai terdengar penyelewengan terjadi dengan dana sebanyak itu.

“anggaran desa yang telah diusulkan oleh gebernur Aceh sangat mendukung untuk progam pengentasn kemiskinan di Aceh, oleh karena itu gunakan sebaik mungkin dana sebesar itu, gunakan pada sasaranya, jangan sampai terjadi pemborosan, sehingga dana yang cukup besar jumlah dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, terutama dalam pengembangan usaha mandiri, pungkas SBY.

Presiden mengharapkan Kredit usaha rakyat, bantuan permodalan dangan proses yang mudah, gunakanlah untuk berusaha, usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah, usaha yang halal, usaha yang membantu membantu masyarakat.

“jika usaha ini dikelelola dengan baik, maka pertumbuhan ekonomi Aceh di masa yan akan datang lebih maju dan siap bersaing dengan daerah lain yang ada di Aceh, dengan demikian kemiskinan terus berkurang kesejahteraan terus meningkat, sehingga kedepan tidak ada lagi muncul konflik baru di Aceh Tambah kepala Negera

SBY berjanji, tetap terus membantu Aceh sampai berakhir masa kepresidenan nantinya, dengan bantuan ini niscaya untuk mengerakkan pembangunan ekonomi Aceh yang lebih baik di masa medatang. K48[]


Posted in Diposkan oleh kulatbulat di Tuesday, February 24, 2009  

Banda Aceh-Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, meresmikan proyek yang berjumlah 715, 3 Milyar Rupiah yang mencakup segala aspek di dalamnya.


Demikian disampaikan kepala badan pelaksana BRR Aceh-Nias, kuntoro mangkusubroto kepada wartawan dihadapan presiden SBY di taman Aceh Thanks The Word, Banda Aceh, senin 23/2

Selama 4 tahun berdirinya BRR Aceh-Nias, telah berhasil membangun sejumlah fasilitas yang rusak akibat gempa bumi dan tsunami terjadi di Aceh, diantaranya 134 ribu unit rumah, 3.600 jalan baru, 12 bandara, 20 pelabuhan laut. 1.500 unit sekolah termasuk 3.9000 guru yang dibekali dengan standar nasional, 1000 fasilitas kesehatan, 987 kantor pemerintah.

Disektor perekonomian kuntoro menjelaskan, BRR Aceh-Nias, telah membantu 195 ribu UKM dan 70.000 hektar pertanian kembali produksi, banyak bantuan disektor perekonomian ini untuk mendukung keberlangsungan pembangunan Aceh dimasa yang akan datang.

Di akhir masa tugas yang tidak lama lagi, BRR Aceh-Nias terus berusaha untuk membangun yang belum siap dilaksanakan, semua itu adalah tanggung jawaab kami, yang semestinya kami melanjutkan, nantinya walaupun usia hanya tinggal dua bulan lagi, tambah kuntoro.

Sementara itu gubernur Aceh irwandi Yusuf, mengatakan bantuan yang diberikan pemerintah pusat melalui BRR Aceh-Nias, cukup bermakna dalam membangun Aceh akibat tsunami.

Hanya saja, bantuan tersebut tidak cukup disini saja, mengingat penduduk Aceh saat ini 23.53 persen masih miskin, hal itu disebabkan konflik masa lalu, tsunami dan krisis global yang melanda dunia ini. Oleh karena itu lanjutan pembangunan di Aceh disamping melanjutkan pembangunan yang ditinggalkan BRR Aceh-Nias Nantinya, juga di hadapi masalah kemiskinan di Aceh, tambah irwandi

Oleh karena itu pemerintah Aceh melakukan berbagai macam cara untuk mengentaskan kemiskinan terjadi di Aceh hari ini, salah satunya dengan bekerjasama dengan berbagai investor, dan bangsa-bangsa yang berada di belahan dunia untuk terus membantu Aceh. Imbuhnya

Irwandi menambahkan, solusi untuk mengatasi kemiskinan terjadi di Aceh saat ini, dengan upaya pengalokasikan anggaran APBA setiap desa sebesar 100 juta rupiah untuk 6011 desa yang tersebar di Aceh, hal demikian tentunya belum cukup untuk membantu pengentasan di Aceh.

Oleh karena itu, Gubernur Irwandi meminta presiden SBY agar menyetujui serta mamasukan pos anggaran khusus terhadap pembinaan desa tertinggal yang ada di Aceh sesuai dengan kemampuan keuangan Negara.

Sehingga dengan adanya alokasi tersebut, pengentasan kemiskinan terjadi di Aceh seyogyanya bisa di atasi bersama sesuai dengan target dan tujuan pembangunan nasional di bawah SBY-JK. Tandas Irwandi. K48[]


Posted in Diposkan oleh kulatbulat di Tuesday, February 24, 2009  

Presiden Republik Indonesia, meminta pemerintah Aceh agar mempermudah peraturan untuk pengurusan Kredit Usaha Rakyat bagi usaha kecil dan menengah. Hal itu di ungkapkan SBY setelah menerima laporan sulitnya mengurus kredit di Aceh. Senin 23/2


“sehingga banyak usaha kecil tidak bisa berkembang dengan pesat di Aceh, maka saya meminta kepada kepala daerah agar benar-benar memperhatikan sebaiknya proposal yang masuk, sehingga seluruh masyarakat aceh bisa menikmati hasil damai yang telah kita peroleh bersama, ujar SBY

“jika usaha ini dikelelola dengan baik, saya yakin kedepan pertumbuhan ekonomi Aceh di masa yang akan datang lebih maju di bandingkan dengan daerah lain yang ada di Indonesia, lanjutnya

SBY menambahkan, seyogyanya Aceh sudah sepatutnya menjadi contoh bagi tingkat nasional dalam pengentasan kemiskinan terjadi di Aceh, maka saya meminta jangan ada yang menghambat bagi penyaluran kredit usaha rakyat.

Dengan adannya sistem pemerataan, dengan tidak membelakangi peraturan, makan kemiskinan terus berkurang, kesejahteraan terus meningkat, sehingga kedepan tidak ada lagi muncul konflik baru di Aceh Tambah kepala Negera.

“Selama masa 4 tahun ini, pertumbuhan ekonomi Aceh terus berkembang, dangan bantuan dari pihak-pihak donor lainnya, maka kedepan dengan tidak ada donor, tentunya tanggung jawab pemerintah daerah untuk membantu mereka, maka saya meminta permudahkan kredit Usaha rakyat ini. Tandas SBY[]


Posted in Diposkan oleh kulatbulat di Tuesday, February 24, 2009  

Kondisi Aceh saat ini sudah sangat kondusif, jauh berbeda dengan apa yang diberitakan oleh media massa selama ini di Aceh, demikian disampaikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, saat mengujungi Aceh, senin 23/2


“saya merasa sangat bahagia sekali saat menginjak kaki di bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), dengan kondisi Aceh sudah sangat kondusif, ini berarti suatu kemajuan yang dilakukan pihak terkait dalam menjaga perdamaian di Aceh terutama pemerintah Aceh yang sudah menujukan kerja yang begitu amanah, Kata SBY

Susilo, menambahkan, ini suatu rahmat yang harus kita syukuri bersama berkat perdamaian terjadi antara GAM dan RI merupakan hasil puncak untuk mengakhiri konflik bersenjata terjadi di Aceh.

Keramaian dan keramahtamahan terjadi dilingkungan masyarakat Aceh merupakan wujud nyata masyarakat Aceh menanti kehidupan yang sejahtera di masa mendatang, kami tahu masyarakat Aceh sudah jenuh dengan kehidupan konflik, maka sudah seyogyanya masyarakat ingin perubahan di Aceh, tambah presiden RI.

SBY menambahkan, konsekwensi pemerintah pusat tetap menjaga perdamaian di Aceh agar masyarakat bisa hidup bebas dalam membangun negeri ini, peresmian sejumlah proyek-proyek besar yang di bangun oleh Badan Rehabiltasi dan Rekonstruksi Aceh merupakan konseksus (konsekwensi dan serius) merawat perdamaian Aceh dengan pembangunan.

“ini semua tidak berjalan apa-apa jika tidak di dukung oleh semua elemen yang terlibat konflik di Aceh, oleh karena itu mengakhiri konflik yang berkepanjangan terjadi di Aceh adalah usaha bersama untuk membangun negeri yang terporak-poranda akibat tsunami dan konflik. Imbuhnya

Hanya satu bahasa yang ingin saya sampaikan disini yaitu, menjaga dan merawat perdamaian secara permanen yang harus di ciptakan, karena in sangat terasa saat saya menginjak kaki pertama kali di Aceh, sangat jauh berbeda dengan dua tahu yang lalu. Ujar SBY

SBY mengajak, segenap warga Aceh terus membantu pemerintah dalam upaya membangun dan mejaga perdamaian secara permanen terjadi di Aceh sehingga Aceh dengan mudah kita bangun. Tegasnya.[]


Posted in Diposkan oleh kulatbulat di Tuesday, February 24, 2009  

Masyarakat Dunia merasakan nikmatnya perdamaian terjadi di Aceh, hal itu di ungkapkan sejumlah elemen sipil pada saat menghadiri acara Internasional Conference On Aceh and Indian Ocean Studies II yang dipusatkan di program pascasarajana IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, senin 23/2


Acara yang dihadiri sejumlah masyarakat dunia, para akademisi, NGO internasional, NGO local, BRA, Pemda NAD serta para kepala daerah tingkat II yang ada dalam Nanggroe Aceh Darussalam, di sponsori oleh Asia Researsh institute (ARI).

Rektor IAIN Yusny saby, mengatakan, terselenggarakannya acara ini merupakan wujud partisipasi masyarakat internasional tetap mendukung perdamaian terjadi di Aceh, kini bagaimana harus kita menjaga dan merawat perdamaian yang telah berlangsung di Aceh.

Konflik sipil dan pengobatannya, satu solusi dan masukan yang diberikan oleh seluruh elemen sipil untuk tetap bersama menjaga Aceh yang lebih baik di masa yang akan datang. Ujar Yusny

Yusny menambahkan, terpilihnya Ar-Raniry sebagai tempat penyelenggarakan acara ini, tak lain karena kepercayaan terhadap IAIN sudah menujukan hasil, ini adalah kumpulan dari 3 (tiga) universitas yang terlibat dalam penyelesaian konflik Aceh, yaitu IAIN Ar-Raniry, Unsyiah dan Unimal.

“kedepan bagaimana peran akademik dan ilmuan untuk merawat perdamaian Aceh yang permanen, maka Conference ini akan menghasilkan bagaimana pola dan bentuk membangun Aceh yang lebih baik di masa mendatang, ungkap Yusny

Yusny saby mewakili tuan rumah, menambahkan, kedepan masyarakat aceh bukan hanya menerima bantuan dari pihak luar saja, akan tetapi bagaimana memberikan untuk orang lain, karena aceh sudah sangat berpengalaman dalam mengatasi konflik.

Hal senada juga disampaikan, perwakilan ARI Michael Feener, disela-sela pembukaan Conference di mulai, pihaknya merasa kagum dan terharu melihat kemajuan perdamaian di Aceh.

“ini suatu prestasi yang membangggakan, sehingga kenikmatan perdamaian bukan hanya dinikmati oleh elemen bertingkai saja, akan tetapi seluruh masyarakat dunia, buktinya kami disini sangat aman dan damai, tambah direktur Ari kebangsaan Singapore ini.

Pihaknya juga mengajak seluruh warga Aceh tetap berkomitmen mendukung dan bersama-sama menwujudkan perdamaian yang hakiki di Aceh, sudah cukup konflik, kini saatnya Aceh membangun. Ujar Michael Feener.

Konflik adalah satu yang menghambat pembangunan, oleh karena itu mengakhiri konflik menuju perubahan adalah cara yang sangat tepat dilakukan oleh masyarakat Aceh, agar aceh tetap terbangun, tambahnya.

Michael mengajak, seluruh yang terlibat dalam membangun Aceh, sama-sama menyakini masyarakat belahan dunia, Aceh sudah sangat kondusif dan aman. Jangan ada lagi kekacauan terjadi disini (Aceh-red).[]





Posted in Diposkan oleh kulatbulat di Tuesday, February 24, 2009  

Pajak Aceh Tahun 2008 Capai 2,5 Triyun

(Saturday, February 14, 2009)

Banda Aceh-Jumlah hasil pendapatan dari pajak masyarakat Aceh yang terkumpul Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Provinsi Aceh tahun 2008 ini, dikatakan mencapai 2,5 triyun. Tetapi, jumlah ini ternyata juga masih menempatkan Provinsi Aceh sebagai daerah terburuk tingkat kesabaran wajib pajak masyarakat bila dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia.

Demikian disampaikan, Kabid. Penyuluhan Pelayanan Masyarakat Kanwil DJP Aceh, M. Husin Hasib, di sela-sela penganugerahan apresiasi Pajak (Tax Awards) kepada bank dan pos favorit, di Banda Aceh jumat 13/2

Sayangnya masih banyak warga Aceh belum sadar manfaat dan fungsi pajak, sehingga mempengaruhi kepatuhan wajib pajak di Propinsi Aceh masih tertinggal di bandingkan dengan daerah lain yang ada di Indonesia. Katanya.

Menurutnya, dari 185.000 angka wajib pajak diprovinsi Aceh, baru mencapai tingkat kepatuhan sekitar 85 persen sehingga pajak 2008 bisa mencapai 2,5 triyun. Jumlah ini dikatakan mengalami pertumbuhan 15 persen dariu tahun 2007. Tetapi, juga masih terburuk ditingkat persentasi kesadaran masyarakat Aceh jika dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.

“Salah satu faktor rendahnya tingkat kesadaran ini adalah konflik yang berkepanjangan, serta kehidupan masyarakat yang masih rata-rata,”tutur dia.

Kanwil DJP Aceh, menargetkan untuk tahun 2009 pendapatan dari pajak harus mencapai 2,9 triyun. Untuk mencapai target tersebut semua pihak harus ikut pro aktif melakukan penyuluhan-penyuluhan serta diskusi peningkatan kesadaran masyarakat Aceh dalam membayar pajak nanti.

M.Husin Habib, mengajak seluruh masyarakat Aceh untuk memahami dan menyadari bahwa fungsi pajak semata-mata untuk membangun daerah Aceh yang sudah runyah akibat konflik. Ini masanya kita membangun negeri tercinta.

“Kita harapkan ini tercapai. Apalagi dengan masih adanya penghapusan sanksi policy pajak yang berlaku hingga 28 Februari nanti,”katanya.


PT Pos Indonesia Terbaik

Sementara itu, Perusahaan terbatas (PT) Pos Indonesia Cabang Kota Banda Aceh, pada jum’at (13/2) juga dinobatkan sebagai lembaga paling banyak memberikan kontribusi pajak tahun 2008 untuk Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Aceh sehingga yang bersangkutan diberikan Tax Awards.

Selain PT. Pos Indonesia, Tax Awards juga diberikan kepada BPD Pusat sebagai peraih Tax Awards Kedua, disusul BPD Meulaboh sebagai peraih ketiga, BPD Tapaktuan sebagai peraih Tax Awards keempat, serta BPD Lhokseumawe sebagai peraih Tax Awards di posisi kelima

Posted in Diposkan oleh kulatbulat di Saturday, February 14, 2009  

1.569 keluarga belum dapat rumah

(Tuesday, February 03, 2009)

Hingga menjelang berakhirnya masa tugas Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi Aceh-Nias, sebanyak 1.569 keluarga belum dapat rumah, hal ini dipicu maraknya demontrasi dilakukan oleh korban tsunami aceh yang belum mendapatkan rumah beberapa hari lalu di banda aceh.

Aksi yang mengegerkan warga Banda Aceh, dilakukan hampir sepekan, mendesak Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi Aceh-Nias, Kuntoro Mangkusbroto untuk segera membangun rumah mereka sesuai dengan janji yang telah di sampaikan kepada demontrasi.

Pihak pemerintah Aceh sudah mengupayakan solusi-solusi bagi korban tsunami yang belum dapat bantuan rumah, seperti di akui Irwandi Yusuf kepada wartawan di ruang kerjanya.

“saya sudah menyurati Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi Aceh-Nias, Kuntoro Mangkusbroto, namun hingga kini belum ada jawab, ujar gubernur Aceh.

Padahal, kata irwandi, Pak Gun telah berjanji akan merealisasikan seluruh rumah yang sisa sebelum masa tugas BRR NAD-Nias Berakhir, namun hingga kini surat saya belum ada jawaban, seharus BRR NAD-Nias memberi jawaban pasti, karena saya tidak ingin masyarakat aceh nantinya pasca BRR meninggalkan Aceh yang kena getahnya kami.

Irwandi mengakui, Surat tersebut juga ditembuskan kepada Presiden Republik Indonesia, Wakil Presiden Republik Indonesia; Ketua DPR Republik Indonesia, Menko Polhukam Republik Indonesia: Menko Kesra Republik Indonesia, Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia; Menteri PPN/Kepala Bappenas Republik Indonesia, Menteri Negara Sekretaris Kabinet; Ketua Tim Pengawas Rehabilitasi dan Rekontsruksi DPR RI, Ketua Dewan Pengarah BRR NAD – Nias, Ketua Dewan Pengawas BRR NAD – Nias, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, Kapolda Nanggroe Aceh Darussalam, Kepala BPK RI Perwakilan Banda Aceh, Bupati Aceh Barat Ketua DPR Kabupaten Aceh Barat, Kapolres Aceh Barat serta Koordinator Aksi GPRS.

Namun hingga saat ini, surat balasan dari BRR terhadap perkembangan dan penyelesaian terhadap tuntutan korban tsunami yang belum mendapatkan rumah belum dibalas oleh Kuntoro.

Seharus Kepala BRR harus segera mengambil langkah-langkah nyata dalam menyelesaikan persoalan bantuan rumah bagi korban tsunami Aceh Barat yang belum tertangani, sebelum masa tugas BRR NAD – Nias berakhir, saran gubernur Aceh

Saya kwatir, jika janji yang telah di buat oleh pak gun, untuk merealisasikan rumah yang sudah dilakukan verifikasi tidak juga dibangun, pemerintah Aceh setiap hari akan di demonstrasi, bukan kami takut dengan demontrasi, akan tetapi masih banyak yang harus kami lakukan untuk melakukan pemberatasan kemiskinan di Aceh. Tandas Irwandi.

Padahal tugas mereka (BRR-Red) di Aceh membangun rumah warga yang hancur akibat tsunami, bukan memikirkan persoalan pemerintah Aceh, karena pemerintah Aceh sudah ada poksi tersendiri. Alangkah baiknya BRR segera menyelesaikan permasalahan yang muncul sekarang ini sebelum meninggalkan aceh. Tandas Irwandi K48[]


Posted in Diposkan oleh kulatbulat di Tuesday, February 03, 2009  

Untuk meningkatkan kenirja dan menghidari penyimpangan terjadi dilapangan, maka perlu dimekarkan kembali beberapa dinas seperti Dinas Cipta marga, perkebunan dan Kehutanan

Demikian disampaikan Gubernur Aceh Drh Irwandi Yusuf, usai membuka sosialisasi dan workshop Job analisi Satuan Kerja Pemerintah Aceh di aula Badan Diklat, Banda Aceh selasa 27/1

Irwandi menambahkan, perlu penambahan Dinas ini, disebabkan kerjanya sangat padat sekali, tidak mungkin terjadi dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, sehingga membuat para Dinas banyak mengeluh kepada saya.

Langkah ini diambil mengingat kebutuhan yang mendesak, karena beban kerja yang cukup banyak, maka perlu pemekaran kembali Dinas yang telah di lemburkan sebelumnya, ujar Gubernur Aceh

Irwandi menengaskan, pemekaran Dinas khususnya Dinas yang sifat teknis, ini terbukti cukup banyak perkerjaan teknis harus di lakukan dilapangan, jadi tidak main-main dalam membangun Aceh yang sudah damai ini.

Selain itu, Gubernur Aceh menyampaikan, sampai saat ini belum ada satupun Kepala Dinas yang akan diganti, kita tunggu saja tanggal mainnya, bisa jadi tidak ada yang di bongkar, ujar Irwandi

Jika ada para Kepala Dinas mendengar isu yang macam, sebaiknya jangan di hiraukan, selama ini saya belum memberi warning kepada anda, jadi saya berharap anda kerjakan apa tugas dan beban yang diberikan kepada anda, seru gubernur kepada Kepala Dinas.

Irwandi mengharapkan, para kepala Dinas jangan lepas control dalam melaksanakan tugasnya, jangan sampai terjadi penyimpangan dilapangan, jika hal ini terbukti saya tidak segan-segan mengambil tindakan tegas terhadap penyimpangan tersebut.[]



Posted in Diposkan oleh kulatbulat di Tuesday, February 03, 2009  


Nezar Patria, seorang peneliti mengenai Aceh. Menurutnya, selama ini Aceh banyak dilihat dari kacamata Indonesia

Mungkin perlu juga kita balik cara pandangnya bagaimana Aceh melihat Indonesia. Sudut pandang yang pertama mengasumsikan satu dominasi tetapi kalau dengan sudut pandang kedua saya kira itu platform nya adalah akomodasi. Mungkin menarik misalnya bagaimana orang Aceh memaknai Indonesia, memaknai hidup bersama dalam satu platform Republik, dan apakah sebetulnya cita-cita yang ingin kita raih lewat ke-Indonesia- an bersama warga Indonesia.
Nezar Patria mengatakan fase-fase Aceh bersama Republik Indonesia sering sekali dilupakan baik oleh gerakan yang menentang Republik maupun gerakan yang mempertahankan Republik. Padahal kalau dikembalikan kepada fase-fase setelah tahun 1945-1953, fase dimana Aceh menunjukkan kesetiaan dan loyalitas luar biasa mendukung kaum Republikan pada waktu itu mungkin bisa dijadikan platform, bahwa Aceh pernah bersama-sama dengan Indonesia untuk satu cita-cita. Tapi kenapa sekarang cita-cita itu seperti tenggelam. Orang sepertinya lupa bahwa Aceh bersama dengan suku bangsa yang lain untuk mendirikan satu nation yang kita sebut dengan Indonesia. Aceh pernah membuktikan bersama dengan suku-suku lain/daerah lain di Republik ini melebur mencoba mempertahankan apa yang kita sebut Indonesia. Tapi bagian itu seringkali seperti dilupakan, baik oleh mereka yang mempertahankan maupun melawan Republik. Berikut wawancara Jaleswari Pramodhawardani dengan Nezar Patria.

Bagaimana pendapat Anda mengenai kondisi Aceh belakangan ini karena banyak media melaporkan ketegangan mulai terjadi kembali di Aceh setelah tiga tahun perjanjian Helsinki yaitu ditandai dengan beberapa peristiwa besar seperti penculikan, pembunuhan, dan lain-lain?
Memang ada ketegangan yang boleh dikatakan meningkat dalam enam bulan terakhir di sepanjang Pantai Timur Aceh, dari Banda Aceh sampai ke Langsa, Aceh Timur. Pada umumnya ada banyak aksi penculikan, perampokan dengan motif uang. Jadi kita bisa katakan aksi itu termasuk kriminal, bukan aksi protes politik tidak setuju dengan perdamaian dan lain-lain. Ketegangan yang terjadi di Aceh itu sifatnya kriminal.

Apakah hal itu memang tidak perlu dikhawatirkan?
Saya kira tidak perlu dikhawatirkan secara serius, maksudnya, tidak akan dapat mengancam perdamaian. Yang diperlukan yaitu satu tindakan tepat untuk mengantisipasi atau menangani aksi kriminal ini. Harus secara tepat karena kita tahu banyak pelaku aksi kriminal, seperti yang sudah ditangkap dan diinterograsi polisi adalah bekas anggota kombatan (istilah untuk pasukan tempur darat, Red) yang pernah bergabung dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Kalau ditangani secara tidak tepat maka seakan-akan gerakan itu memiliki motif-motif lain yang tidak setuju dengan perjanjian damai Helsinki, dan sebagainya.

Bagaimana Anda melihat bentuk perjuangan GAM sekarang karena dulu kita melihat mereka mengangkat senjata tapi sekarang perjuangan mereka lebih ke politik? Apakah tujuan akhir dari perjuangan GAM masih seperti dulu atau tidak seperti ingin melepaskan diri dari Indonesia?
Saya kira setelah mereka sepakat dengan perjanjian Helsinki maka persoalan merdeka bukan lagi menjadi platform GAM. Mungkin mereka sudah menafsirkan bahwa yang dibutuhkan sekarang bukan lagi merdeka seperti yang dicanangkan sejak awal, tetapi mencoba mengisi yang mereka yakini sebagai self government, seperti yang mereka sebut dalam tahap-tahap perundingan di Helsinki tiga tahun yang lalu. Saya belum menemukan satu pernyataan politik dari pimpinan-pimpinan GAM seperti Malik Mahmud, Zaini Abdullah, Zakaria Zaman bahwa mereka akan terus berjuang untuk memerdekakan Aceh dari Republik Indonesia (RI). Sama sekali tidak ada pernyataan seperti itu. Saya pikir secara politik kelihatannya hal itu bukan lagi menjadi platform bagi GAM, apalagi setelah mereka bertransformasi dari gerakan bersenjata ke gerakan politik.

Kalau menurut Anda, kemana arah perjuangan gerakan politik GAM sekarang karena kalau dulu jelas ingin melepaskan diri dari Indonesia?
Seperti sering mereka ungkapkan dengan bahasa mereka sendiri bahwa mereka ingin memulihkan hak-hak ekonomi dan politik rakyat Aceh, dan membuat apa yang mereka sebut sebagai bangsa Aceh itu kembali bermartabat dan berdaulat atas diri mereka sendiri. Saya tidak tahu sebenarnya masyarakat yang mereka bayangkan ke depan bagi Aceh. Namun kalau dari arah politik, dari arah program yang mereka cita-citakan maka platformnya kurang lebih pada keadilan dan kesejahteraan buat rakyat Aceh.

Beberapa bulan lalu Hasan Di Tiro datang dan Anda adalah salah seorang yang pernah menulis tentang tokoh ini. Di Indonesia tokoh ini didekati secara paradoksal yaitu bagi kawan-kawan di Aceh bisa merupakan semacam energi untuk mendorong sebuah perjuangan, tapi di Indonesia tidak lebih sebagai pemimpin dari GAM. Bagaimana Anda melihat sosok Hasan Di Tiro?
Hasan Di Tiro dalam pandangan saya pribadi adalah sosok yang kontroversial. Masa mudanya dihabiskan untuk perjuangan kemerdekaan RI. Dia sangat anti kolonial, dia bergabung dengan barisan pemuda Indonesia di Lamhok, Pidie, pada tahun 1930-an. Lalu sewaktu sekolah di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta pada 1946-1947, dia banyak menulis artikel yang mendukung perjuangan kemerdekaan RI. Kita tahu masa-masa itu Indonesia sedang mencari arah, dan masing-masing kelompok yang berjuang untuk kemerdekaan sepertinya menyodorkan proposalnya masing-masing seperti kelompok nasionalis, agama, komunis. Hasan Di Tiro berada di jalur agama, Islam sesuai yang berkembang di Aceh dimana cita-cita Islam begitu kuat menjadi energi perlawanan terhadap kolonial. Dia dekat dengan tokoh-tokoh Masyumi. Ketika ketidakpuasan terjadi dalam soal merumuskan dasar negara, misalnya, dia condong dekat dengan kelompok Masyumi. Kemudian ketika Teungku Daud Beureueh mendeklarasikan pemberontakan Darul Islam (DI) maka dia pun bergabung ke sana. Memang ada pergeseran cita-cita Hasan Di Tiro, dari orang yang pro menjadi kecewa terhadap Republik.

Kapan Anda melihat mulai terjadi pergeseran itu?
Kalau kita lihat dari karya-karyanya, kekecewaan itu dimulai ketika dia protes terhadap kekerasan yang dilakukan oleh Tentara Republik sewaktu memberantas Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Aceh yaitu pada peristiwa di desa Pulot dan Cot Jeumpa di tahun 1958, dimana sekelompok tentara menembaki rakyat sipil. Waktu itu Hasan Di Tiro sedang sekolah di Amerika Serikat (AS). Dia mendengar berita itu, lalu membuat satu surat protes kepada Perdana Menteri Ali Sastro Amidjojo meminta kasus itu segera diselesaikan atau dia akan membawa ke masyarakat internasional.

Jadi sebetulnya pada awal masa gerakan, Hasan Di Tiro memberikan kritik kepada Indonesia tentang kesewenang-wenangan Indonesia bukan hanya pada kekerasan yang terjadi di Aceh saja.
Ya, mungkin juga di dorong oleh pertarungan politik di tingkat nasional antara kelompok agama, kelompok nasionalis, kelompok komunis. Waktu itu Soekarno kelihatannya lebih condong ke kelompok nasionalis dan komunis, sementara ada ketidakpuasan dari kelompok yang berada di garis agama. Sewaktu pemberontakan DI/TII, jelas sikap Hasan Di Tiro memihak kepada Darul Islam.

Saya pikir sedikit sekali orang yang mengetahui tentang siapa Hasan Di Tiro selain sebagai pemimpin perjuangan GAM karena sedikit sekali media masa bercerita tentang sosok dari tokoh ini. Saya yakin Anda mengenal lebih dalam dengan tokoh ini. Tolong Anda bisa ceritakan?
Pertemuan saya dengan Hasan Tiro bukan dalam bentuk fisik, tetapi pertemuan lewat karya-karya dia. Lima tahun terakhir ketika situasi di Aceh begitu panas dan banyak orang mau mati untuk satu cita-cita yang dideklarasikan oleh GAM menimbulkan pertanyaan buat saya pribadi. Mengapa orang mau mati untuk satu cita-cita itu, ada apa sih?

Bahkan Anda sebagai orang Aceh mempertanyakan itu?
Ya, saya orang Aceh generasi muda yang dibesarkan di bawah Orde Baru dimana saya tidak pernah kenal siapa itu Hasan Di Tiro. Hasan Di Tiro yang singgah di kepala saya sewaktu kecil dimana saya bersekolah SD sampai SMA di Banda Aceh adalah sosok seperti yang ditiupkan oleh Orde Baru, bahwa dia tokoh pemberontak yang dulu terkenal dengan sebutan GPLHT atau Gerakan Pengacau Liar Hasan Tiro. Pada tahun 1977-1978 di kampung-kampung termasuk kampung saya, saya pernah melihat poster Hasan Di Tiro sebagai “Most Wanted Person” dicari Hidup atau Mati. Saat itu poster Hasan Di Tiro dengan beberapa jajaran pimpinan-pimpinan Aceh Merdeka, dulu tidak disebut GAM tapi disebut Aceh Merdeka (AM). Dulu kita semua takut dengan sebutan AM itu karena ada penangkapan dan orang tidak berani protes. Pada masa itu semua informasi sangat dikendalikan. Kadang kalau kita pakai baju dengan tulisan AM, padahal itu merk suatu produk sudah ditanya, “Wah, kamu anggota Aceh Merdeka?” Langsung kita ganti baju itu karena takut. Belakangan setelah lima tahun terakhir saya mencoba mengumpulkan dan membaca yang pernah ditulis Hasan Di Tiro, saya sedikit takjub melihat sosok ini. Dalam artian dia sebetulnya adalah produk dari yang kita sebut sebagai mencari keIndonesiaan. Pertama, dia adalah sosok yang ikut bergulat dalam perjuangan kemerdekaan. Dia ikut dalam barisan pemuda Indonesia di Lamhok, dia sekolah di Yogya bertemu dengan kelompok nasionalis dan dia mengeluarkan artikel yang sangat Republikan di tahun 1946 – 1950 sampai kemudian dia kecewa dengan pemerintahan Soekarno terkait bagaimana Soekarno memperlakukan Aceh. Ada suatu yang unik dari Hasan Di Tiro, walaupun dia sekolah di Yogya dan mengeluarkan artikel yang Republikan, anti kolonial dan pro dengan revolusi kemerdekaan Indonesia, tetapi dia selalu memberikan konteks Aceh. Misalnya, saat menulis artikel perang kemerdekaan maka dia selalu merujuk pada apa yang dilakukan oleh orang-orang Aceh melawan kolonial. Heroisme orang Aceh selalu ditekankan dalam artikel itu. Sebetulnya dia sudah sangat Aceh pada awalnya.

Jadi untuk menumbuhkan non nasionalisme Aceh itu sebetulnya bukan dari kemarin saja, tapi sejak awal perjuangan dia sudah mengusung itu?
Belum secara tegas, dia selalu berfikir masih dalam konteks ke Indonesia. Dia mewakili perasaan Old State Aceh pada waktu itu. Dia cukup yakin bahwa Aceh ini sebelumnya adalah negara yang berdaulat sampai kemudian Belanda datang lalu terjadi perlawanan, lalu kemerdekaan. Berita kemerdekaan yang diproklamirkan oleh Soekarno dan Hatta di Jawa sampai ke Aceh kurang lebih satu bulan setelah proklamasi, dan ada rapat besar untuk memutuskan apakah Aceh akan mendukung deklarasi kemerdekaan itu atau tidak. Para pemimpin Aceh dengan tegas menyatakan bahwa yang dideklarasikan oleh Soekarno dan Hatta adalah kelanjutan dari perjuangan para pahlawan Aceh seperti Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Tjut Nyak Dien, dan sekarang gelombang perlawanan melawan kolonial itu dipimpin oleh saudara kita Ir. Soekarno. Jadi dengan deklarasi itu sebetulnya sudah ada pernyataan politik kesepakatan dari para elit Aceh pada waktu itu untuk mendukung perjuangan kemerdekaan.

Sedikit melompat, Saya kira fase-fase Aceh bersama Republik itu sering sekali dilupakan baik oleh gerakan yang menentang Republik maupun gerakan yang mempertahankan Republik. Padahal kalau dikembalikan kepada fase-fase setelah tahun 1945 – 1953, fase dimana Aceh menunjukkan kesetiaan dan loyalitas luar biasa mendukung kaum Republikan pada waktu itu mungkin bisa dijadikan platform, bahwa Aceh pernah bersama-sama dengan Indonesia untuk satu cita-cita. Tapi kenapa sekarang cita-cita itu seperti tenggelam. Orang sepertinya lupa bahwa kita bersama dengan suku bangsa yang lain untuk mendirikan satu nation yang kita sebut dengan Indonesia. Aceh pernah membuktikan bersama dengan suku-suku lain/daerah lain di Republik ini melebur mencoba mempertahankan apa yang kita sebut Indonesia. Tapi bagian itu seringkali seperti dilupakan, baik oleh mereka yang mempertahankan maupun melawan Republik.

Bagaimana Anda melihat kedatangan Hasan Di Tiro kemarin, apa makna peristiwa tersebut?
Terakhir Hasan Di Tiro pulang ke Aceh 32 tahun yang lalu, tahun 1976 setelah sekian lama merantau. Dia pulang ke Aceh sebetulnya dengan satu agenda. Dia ingin menawarkan jalan keluar atas marginalisasi ekonomi dan politik yang waktu itu terjadi di Aceh. Kita mungkin harus trace back ke belakang sedikit, sebelum dia mendeklarasikan GAM sebetulnya sentimen nasionalisme Aceh sudah terbangun dalam karya dia yang ditulis dalam bahasa Aceh yang berjudul ‘Atjeh Bak Mata Donya’ yang artinya ‘Aceh di Mata Dunia’ pada 1964. Ini kelihatannya hasil dari riset sejarah yang dia lakukan selama berdiam di New York. Dia menemukan beberapa fase – fase penting dari sejarah Aceh yang menegaskan bahwa Aceh sebetulnya adalah kerajaan yang berdaulat sebelum Belanda datang di tahun 1873. Di karya ‘Aceh di Mata Dunia’ tersebut dia mengatakan bahwa saat Kerajaan Aceh dalam melawan Belanda sudah membuat hubungan–hubungan diplomatik dengan negara–negara yang pada waktu itu adalah negara–negara besar seperti Kerajaan Perancis, lalu dengan AS, Spanyol dan Turki. Hasan Di Tiro mendapatkan informasi itu dari harian New York Times yang terbit pada tahun 1873. Saat itu New York Times mengeluarkan lima edisi yang berisi tentang peperangan di Selat Malaka dimana Kerajaan Aceh pada waktu itu mengirimkan utusan–utusannya keluar dan berjuang gigih melawan invasi Belanda. New York Times dalam 5 seri editorial itu kelihatan memberikan support terhadap apa yang dilakukan oleh Kerajaan Aceh dalam melawan Belanda pada waktu itu. Hasan Di Tiro melihat bahwa ini adalah suatu bentuk pengakuan internasional terhadap Kerajaan Aceh sebagai negara yang independen dan berdaulat. Nah setelah itu fase perang yang terjadi di Aceh dari 1873 sampai 1911. Peperangan melawan Belanda digelorakan oleh para pejuang Aceh, begitu banyak yang gugur termasuk para ulama–ulama dan juga hancurnya Kerajaan Aceh. Di situ dia ingin menanamkan bahwa sebetulnya sebelum bergabung dengan RI, Aceh adalah suatu entitas politik yang berdaulat. Setelah tahun 1964 itu, dia mengulang lagi apa yang ditulisnya pada tahun 1974 lewat satu pidato di New York, tapi tidak jelas betul pidato tersebut dilakukan dimana. Dari dokumen yang saya sempat baca, dia menulis satu paper atau artikel yang juga sangat menarik yaitu ‘Peringatan 100 tahun perang di Bandar Aceh ketika Belanda masuk invasi ke Aceh pada Mei 1874. Dia menulis artikel tersebut untuk memperingati 100 tahun maka berarti artikel itu terbit tahun 1974, dan dia berpidato dihadapan sahabat–sahabat dan kenalan–kenalannya di AS yang waktu itu diorganisir oleh Institute of Aceh in America. Di sana dia mengulang apa yang ditulis dalam “Aceh di Mata dunia”, cuma dia memberikan satu konteks bahwa Aceh kembali memikirkan patroitisme nenek moyang.

Apakah pergulatan pemikiran yang Anda sebutkan tadi itu terbaca atau tidak di masyrakat Aceh?

Pada waktu itu Hasan Di Tiro dan masyarakat Aceh dipisahkan oleh dua samudera, jadi sangat jauh. Dia pulang ke Aceh pada tahun 1976 dengan membawa pemikirannya tadi. Dia mulai menyebarkan beberapa karyanya dan juga merekrut para pemuda–pemuda Aceh yang waktu itu merupakan lapisan paling maju yaitu yang bersekolah di Sumatera Utara dan juga di luar negeri. Misalnya, dia bertemu dengan Husaini Hasan yang bersekolah di Universitas Islam Sumatera Utara dan ada juga beberapa orang lainnya yang belajar di Universitas Sumatera Utara (USU). Mereka sebetulnya sudah mempunyai kontak yang erat juga karena pada masa itu Aceh baru saja pulih dari pemberontakan Darul Islam tetapi kekecewaan terhadap pemerintah pusat atau Jakarta masih tersisa di beberapa intelektual muda. Jadi ketika Hasan Di Tiro pulang, dia bertemu lagi dengan kelompok-kelompok pemuda tersebut, seperti Muchtar Hasbi yang kemudian dikenal sebagai Perdana Menteri pertama GAM. Dia seorang Doktor jebolan Universitas di Thailand. Dia mendukung apa yang disampaikan Hasan Di Tiro bahwa jalan keluarnya adalah kita harus memisahkan diri dari Republik karena pemberontakan Darul Islam terbukti tidak menyelesaikan persoalan–persoalan mendasar hubungan Aceh dan Jakarta.

Apakah setelah itu dideklarasikan GAM?
Lalu, pada tahun 1976 bersama dengan tenaga baru tersebut dia mendeklamasikan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan platform baru bukan lagi seperti Darul Islam tetapi untuk ke arah negara Aceh yang merdeka. Jadi ada tulisan platform dari Darul Islam ke nasionalisme Aceh. Dia menulis satu buku yang cukup menarik ‘Demokrasi untuk Indonesia’ di tahun 1958 yang sebetulnya protes terhadap konsep persatuan dan kesatuan yang ditiupkan oleh Soekarno. Menurut dia, kalau konsep itu dipaksakan maka suku mayoritas yang akan selalu dominan dan menentukan apa itu Indonesia. Nah pada waktu itu dia mencoba membeberkan dan mencoba mengkritik semua segi–segi yang menurut dia memiliki kandungan dominasi etnis tertentu di Indonesia yang akan menentukan apa itu ke-Indonesiaan. Dia menawarkan seharusnya ada demokrasi yang lebih regional sifatnya atau federalisme seperti yang dia tawarkan pada tahun 1958 sebelum beranjak ke tahun 1964 menuliskan tentang Atjeh Bak Mata Donya. Jadi saya kira menarik untuk melihat bagaimana dia bergeser dari federalisme kemudian melihat bagaimana usulan dia itu tidak ada respon yang sangat kuat, lalu dia mencoba menggali kembali apa sih sebetulnya energi buat orang-orang Aceh ini untuk berdiri kembali menjadi satu nation. Dia coba gali patrotisme Aceh yang pernah terjadi pada tahun 1873 sampai 1911 ketika melawan Belanda dan terus berlanjut dengan perjuangan-perjuang an dengan konsep yang lebih modern di bawah pemberontakan Darul Islam dan hubungan Aceh dengan gerakan-gerakan nasionalis pada waktu itu. Ini kita bicarakan dari sudut pandang Hasan Di Tiro. Saya kira sejarah Aceh tidak semata-mata seperti itu, ada juga hubungan-hubungan lain yang terjadi bahkan kemerdekaan yang berlangsung di Jawa atau Sumatera pada umumnya juga dipelopori oleh sentimen antikolonial yang kuat. Itu digerakkan oleh organisasi yang progresif, Syarikat Islam yang pada waktu itu juga sampai ke Aceh pada tahun 1912 dan memberikan visi-visi yang modern di tengah perjuangan yang tidak lagi dalam format Kesultanan. Cita-cita untuk sebuah Republik, atau satu identitas untuk politik yang lebih modern sudah muncul pada masa-masa itu. Hanya saja dia tidak sempat berkembang karena perang yang bergejolak melawan Jepang. Lalu, ketika agresi kedua Belanda, Aceh tidak ikut terkena agresi. Jepang dilucuti di Aceh pada waktu itu, lalu mereka bergerak ke Medan untuk membantu kawan-kawan yang berjuang di Medan Area, istilah pada waktu itu. Nah bantuan dari pasukan Aceh pada tahun 1947 itu sampai 1949 cukup signifikan.

Terakhir, bagaimana sebenarnya memahami Aceh setelah apa yang Anda paparkan tadi?
Selama ini Aceh banyak dilihat dari kacamata Indonesia, mungkin perlu juga kita balik cara pandangnya bagaimana Aceh melihat Indonesia. Sudut pandang yang pertama mengasumsikan satu dominasi tetapi kalau dengan sudut pandang kedua saya kira itu platformnya adalah akomodasi. Mungkin menarik misalnya bagaimana orang Aceh memaknai Indonesia, memaknai hidup bersama dalam satu platform Republik, dan apakah sebetulnya cita-cita yang ingin kita raih lewat ke-Indonesia- an bersama warga Indonesia. Ini seringkali kita lupa, misalnya, momen mengenai misalnya hari ini hari Pahlawan. Mungkin menarik melihat di tengah pergolakan hubungan antara pusat dan daerah khususnya di Aceh dan Papua. Kita coba memaknai Indonesia dari sudut pandang lokal. Yang pertama bahwa yang berharga dari Indonesia buat orang-orang Aceh dan kita semua, saya kira pergulatan yang terjadi pada masa-masa revolusi kemerdekaan dan ide-ide tentang nasionalisme yang dibawa oleh gerakan-gerakan anti kolonial, sesungguhnya menyumbang banyak beberapa titik temu yang bisa menyatukan termasuk tentang cita-cita negara yang adil dan sejahtera yang mungkin kita masih perjuangkan sampai saat ini. Mungkin itu perlu dihidupkan kembali. Sebetulnya yang dicari oleh orang-orang Aceh adalah yang pertama keadilan karena mereka merasa bergabung dengan Republik hampir 60 tahun yang dirasakan adalah ketidakadilan lebih banyak. Hubungan Aceh dengan Jakarta akhir-akhir ini saya kira sebetulnya hubungan cinta dan benci

dikutip dari
http://www.pontiana kpost.com/index.php? mib=berita. detail&id=9344

Posted in Diposkan oleh kulatbulat di Tuesday, February 03, 2009  

Kisah Nabi Adam AS

(Sunday, February 01, 2009)

cerita ini dikirim oleh sahabatku dari malaysia...untuk menjaga nama baiknya aku turut menulis namanya paling bawah....berikut ceritanya




Assalamualaikum. ...

Al-Quran menceritakan kisah Nabi Adam dalam beberapa surah diantaranya surah Al-Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al-A'raaf ayat 11 sehingga 25.

Kisah Nabi Adam A.S.

Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh-tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatny a ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya, mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.

Kekhuatiran Para Malaikat.

Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya menciptakan makhluk lain itu,mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari.Berkata mereka kepada Allah s.w.t.:"Wahai Tuhan kami!Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih,bertahmid ,melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya, sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu,nescaya akan bertengkar satu dengan lain,akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya,sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu."

Allah berfirman,menghilan gkan kekhuatiran para malaikat itu:
"Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya. "
Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat,kering dan lumpur hitam yang berbentuk.Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna

Iblis Membangkang.

Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya.Iblis merasa dirinya lebih mulia,lebih utama dan lebih agung dari Adam,karena ia diciptakan dari unsur api,sedang Adam dari tanah dan lumpur.Kebanggaanny a dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain,walaupun diperintah oleh Allah.

Tuhan bertanya kepada Iblis:"Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?"
Iblis menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia.Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur."
Karena kesombongan, kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pd.dirinya hingga hari kiamat.Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka.

Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat.Allah meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan, tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu,bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam,sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat,dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat,mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang,menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal soleh.

Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:
"Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba- Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah."

iida syuhada


Posted in Diposkan oleh kulatbulat di Sunday, February 01, 2009