Malik Ridwan wartawan sumberpost

Sabang- Pemerintah Aceh sedang mengupayakan kehidupan bebas dari segala penyakit di wilayahnya, terutama penyakit malaria yang sering menyerang warga aceh dengan tiba-tiba, maka untuk kedepan masyarakat aceh akan hidup bebas dari serangan tersebut.


Penyakit Malaria termasuk ke dalam 10 penyakit paling mematikan di Nanggroe Aceh Darussalam, dimana lebih dari 4,700 orang dinyatakan positif Malaria. Sejauh ini, Malaria telah menyebar ke 23 kabupaten di propinsi NAD. Kata Asisten II bidang ekonomi dan pembangunan kota Sabang, Derryansyah Kandou, SE kepada pers selasa 17/6 disabang

Maka untuk menuju aceh yang bebas dari segala penyakit, pemerintah aceh yang didukung oleh lembaga donor intersional Unicef dan beberapa organisasi internasional lainnya mengadakan pertemuan yang serius untuk menangani persolan penyakit tersebut. Sebagai langkah awal pemerintah menunjukan kota sabang sebagai daerah percontohan pertama, kemudian akan diteruskan pada kabupaten/kota lainnya yang ada di Aceh. Tambahnya.

Apalagi sabang akan menjadi daerah wisata asing, sebagai daerah parawisata tentunya harus bersih dari penyakit yang mematikan, memilih sabang tentu banyak faktornya, disamping keberhasilan untuk mencegah berbagai penyakit, juga sedang mempersiapkan untuk program wisata yang berbasis pusat ekonomi dunia. Ungkapnya.

Kepala dinas Kesehatan Kota sabang, dr Ikhsan. M.Kes, mengatakan, usaha selama ini yang sudah kami lakukan dengan hasil yang sangat mengembirakan, dari 95 kasus kinis per seribu penduduk pada tahun 2004 menjadi 45 klinis perseribu pada tahun 1997.

Saat ini hanya tinggal 6 desa (Krueng Raya, Paya Seunara, Cot Abeuk, Balohan, Jaboi, Keunekai) dalam wilayah kota sabang yang sangat masih tinggi dan 8 desa lainnya sudah mencapai 1 kasus positif yang sudah terkonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium dalam seribu penduduk pada tahun 2007. Jelasnya.

Berdasarkan data yang dikemukan diatas, maka saya lihat Sabang akan siap membebaskan malaria pada 2015 bahkan bisa lebih cepat dari target yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Sabang.

Pada saat yang sama kepala Dinas Kesehatan Propinsi NAD, yang diwakili oleh assitennya Saiful Bahri, SKM, M.Kes, mengatakan, alasan memilih sabang sebagai daerah percontohan, dilatar belakangi karena usaha yang telah mereka lakukan sudah terbukti.

Maka Untuk mencapai target membebaskan malaria di seluruh Propinsi NAD, pemerintah propinsi NAD merangkul berbagai mitra baik nasional maupun internasional seperti WHO, UNICEF, LSM internasional (MENTOR, Mee Fah Luang), serta Palang Merah Indonesia dan Palang Merah Amerika, untuk bahu membahu melakukan berbagai kegiatan pembebasan malaria, tambahnya.

Sementara itu, Staf Unicef Aceh bagian pengendalian penyakit menular, Dr. Herdiana, mengatakan ada beberapa strategi perlu dipersiapkan oleh pemerintah propinsi NAD, dan pemerintah kota Sabang untuk membebaskan daerahnya dari penyakit malaria.

Strategi tersebut antara lain, Adanya komitmen yang kuat dari pemerintah baik daerah maupun pusat, Adanya kerjasama lintas sektoral yang nyata, Penguatan sistem penanganan kasus malaria, Peningkatan kualitas pemeriksaan konfirmasi laboratorium untuk seluruh kasus dengan dugaan malaria.

Srategis lainnya, adanya kegiatan pengendalian vektor yang terpadu, terfokus dan berkelanjutan, Peningkatan sistem surveillans, adanya prakarsa kerjasama untuk daerah perbatasan, baik dalam hal skrining dan pengobatan. Peningkatan partisipasi masyarakat dan pelaksanaan kegiatan peningkatan kesadaran masyarakat yang terus menerus dan berkesinambungan. serta kegiatan pemantauan dan evaluasi dari segi operasional dan tendensi dari perubahan pola penyakit. tambahnya

“Strategi tersebut tidaklah terlalu muluk, karena kondisi penyakit ini tidak terlalu tinggi insidensinya dibandingkan dengan beberapa propinsi di Indonesia bagian timur,” imbuh dr. Herdiana.

Posted in Diposkan oleh kulatbulat di Thursday, June 19, 2008