IMT-GT sepakati Kerjasama Regional

(Thursday, July 24, 2008)

Pertemuan Joint Busines Counsil (JBC) IMT-GT ke-25 di banda aceh, sepertinya telah membuahkan hasil sebagaimana harapan gubernur Aceh saat membuka acara tersebut di hotel hermes palace rabu 10 juli lalu.

Acara yang dihadiri 200 pengusaha baik lokal maupun internasional difasilitasi oleh Kadin Aceh, telah berakhir jumat malam. Pertemuan Kerjasama regional dalam lingkup Segitiga Pertumbuhan Indonesia Malaysia dan Thailand (Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle/IMT-GT) itu menyepakati dilakukannya kerjasama yang lebih fokus di masa yang akan datang. Terutama dalam lingkup regional.
Sebagai tindak lanjut pertemuan ini, ketiga negara sepakat melakukan investasi di masa yang akan datang, dlam bidang perikanan, program beasiswa bagi yang ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri.
Selain itu, juga disepakati kerjsama dalam pengembangan komoditas pertanian, agrobisnis dan peternakan. Kerjasama pengembangan paket wisata Banda Aceh-Sabang-Jantho (Basajan) untuk mendukung linkage Sabang-Phuket-Langkawi. “Serta MoA antara Kadin Aceh dan Kadin Sumut di bidang peningkatan dan perluasan kerjasama kemitraan usaha dan pengembangan sumber daya manusia,” kata Ketua Panitia, Firmandez dalam sambutannya pada acara penutupan di Anjong Mon Mata, tadi malam.

Wakil Gubernur Aceh, Muhammad Nazar, mengharapkan apa yang telah dihasilkan dalam pertemuan JBC IMT-GT ke-25 ini dapat menjadi inspirasi dan motivator kepada dunia usaha di Indonesia khususnya di Aceh. “Pemerintah Aceh juga telah diberi wewenang seluas-luasnya bisa menarik secara langsung investor untuk bersedia masuk ke Aceh,” tambah Wagub.
Muhammad Nazar juga berharap para pengusaha dapat memanfaatkan forum ini sebagai upaya menarik investasi sesuai dengan potensi yang tersedia di daerah ini. “Kita mengharapkan pertemuan IMT-GT tidak hanya bermanfaat untuk mendapatkan free visa tapi juga dapat menghadirkan investor tiga negara membuka usahanya di Aceh. Ini penting dalam upaya membuka lapangan kerja di Aceh,” katanya


Pertemuan Joint Busines Counsil (JBC) IMT-GT ke-25 yang telah berlangsung sejak pada 10-11 Juli, tadi malam berakhir. Pertemuan Kerjasama regional dalam lingkup Segitiga Pertumbuhan Indonesia Malaysia dan Thailand (Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle/IMT-GT) itu menyepakati dilakukan kerjasama di lima bidang di antara pihak terkait.
Kerjasama yang disepakati tersebut antara lain meliputi bidang perikanan antara Pemerintah Aceh dengan Provinsi Songkhla Thailand dalam upaya memayungi dunia usaha di kedua daerah, termasuk beasiswa pendidikan ke Songkhla, bidang perikanan dan produk ikutannya, antara PT Aceh Trading Comodity dan Indonesia Malaysia Thailand Co.Ltd.








15 tahun

Terkait dengan kerjasama IMT-GT ini, Konsul Jenderal RI untuk Thailand, Mochammad Rizki Safary, kepada Serambi sebelumnya juga mengakui bahwa sejak 15 tahun berdirinya IMT-GT Aceh belum memberikan hasil yang signifikan bagi Aceh. “Jangankan merasakan manfaatnya, mengatahuinya saja tidak. Padahal Aceh termasuk provinsi awal yang bergabung dalam IMT-GT,” katanya sore kemarin di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh.

Mengingat kondisi Aceh yang telah kembali aman, diharapkan Aceh akan menerima manfaat dari MoU yang telah disepakati nanti. Tugas pemerintah adalah membuka jalan dan memberi fasilitasi. “Sekarang setelah dibuka jalan, kalau tidak ada yang memanfaatkan, sampai 15 tahun, 25 tahun pun, nggak ada manfaatnya,” imbuhnya.

Dia juga mengharapkan kepada semua pihak di Aceh agar bersama-sama proaktif menghilangkan imej Aceh sebagai bekas daerah konflik. Diungkapkan bila citra Aceh tersebut hingga kini masih melekat di mata orang-orang luar


Sekitar 15 tahun lalu gaung Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT) bergema, dan kini kembali menggelar pertemuan para pengusaha yang diberi nama Joint Business Council (JBC) ke-25 di Kota Banda Aceh yang berlangsung 9-12 Juli 2008.
Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam kini menunggu implementasi kebijakan para pengusaha yang tergabung dalam wadah tiga negara dan hasil yang ditunggu adalah masuknya investor untuk membuka usahanya di Aceh.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) NAD, Firmandez mengatakan, pertemuan ini dijadwalkan membahas sejumlah agenda terkait dengan berbagai perkembangan antara lain kerjasama bidang infrastruktur, pengembangan sektor pariwisata dan transportasi.

Pertemuan reguler tersebut pertama kalinya diadakan di Aceh dan diharapkan dapat menjadi ajang promosi berbagai potensi sumber daya alam (SDA) daerah serta memperlihatkan situasi Aceh yang kondusif pasca konflik.

Aceh merupakan salah satu dari sepuluh provinsi di Indonesia yang menjadi bagian IMT-GT sejak 1991 dan diresmikan pada pertemuan di Langkawi Juli 1993 dengan tujuan untuk mengusahakan kompleksitas sumber daya yang dimiliki ketiga negara anggota.

Kerjasama di berbagai jenis usaha itu diharapkan dapat mendorong dan memperluas bidang usaha industri, pariwisata, pertanian dan perdagangan antar propinsi di tiga negara bertetangga yang sekarang dinilai belum optimal.

Tujuan umum dari program IMT-GT itu untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dunia usaha, melalui peningkatan perdagangan dan investasi, di samping upaya meningkatkan ekspor dari negara IMT-GT ke negara lain.

“Berbagai agenda yang dilakukan dalam forum ini dimaksudkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat serta upaya menurunkan biaya produksi, distribusi dan transaksi. Semua ini diharapkan dapat terlaksana sesuai potensi daerah ini,” ujar Firmandez.

Dijelaskan ada enam prioritas dalam kerjasama pengusaha IMT-GT, yakni bidang perdagangan, investasi dan pengiriman tenaga kerja, transportasi, komunikasi dan tenaga listrik, pertanian, perikanan serta industri pariwisata.

“Tapi, bagi Aceh, paling tidak sudah masuk empat proposal yang akan ditawarkan dalam forum JBC IMT-GT di Kota Banda Aceh, yakni transportasi, investasi, pariwisata dan komunikasi,” kata dia.

Namun, Firmandez membantah jika IMT-GT tidak menghasilkan nilai bagi pertumbuhan ekonomi di Aceh. “Meski belum memadai dan optimal, tapi ada beberapa hasil yang telah dicapai dari program kerjasama ekonomi itu,” katanya.

Dia mengatakan, sudah 47 MoU ditandatangani pengusaha Aceh dengan pihak Malaysia dan Thailand, namun sesuai sidang IMT-GT di Ipoh dan Perak (Malaysia) 1997, maka jumlahnya diseleksi kembali menjadi 24 MoU.

Enam dari 24 MoU tersebut telah terealisasi, antara lain terwujudnya penerbangan langsung Banda Aceh-Malaysia. Kerjasama pembangunan cold storage di Sabang serta penangkapan ikan serta penyediaan es balok antara pengusaha Aceh dengan Malaysia.

Di samping itu, katanya, juga telah beroperasinya pengolahan kayu di Aceh Besar dengan nilai investasi sebesar 16,4 juta dolar AS. Moulding tersebut diekspor ke negara-negara eropa yang setiap tahunnya senilai 10,7 juta dolar AS.

“Akan tetapi, kerjasama yang sempat berjalan itu terhenti akibat terpaan krisis ekonomi dan meningkatnya eskalasi konflik di Aceh,” jelas Firmandez.

Karena itu, dia berharap pertemuan pengusaha tiga negara yang tergabung dalam JBC IMT-GT ke-25 di Kota Banda Aceh tersebut sebagai moment penting dalam upaya mempromosikan kembali potensi investasi Aceh kepada pengusaha negara anggota.

Wakil Gubernur NAD Muhammad Nazar juga berharap para pengusaha dapat memanfaatkan forum ini sebagai upaya menarik investasi sesuai dengan potensi yang tersedia di daerah ini. “Kita mengharapkan pertemuan IMT-GT tidak hanya bermanfaat untuk mendapatkan free visa tapi juga dapat menghadirkan investor tiga negara membuka usahanya di Aceh. Ini penting dalam upaya membuka lapangan kerja di Aceh,” katanya



Posted in Diposkan oleh kulatbulat di Thursday, July 24, 2008