BANDA ACEH, Pemerintah Jerman menganggarkan dana sebesar 8,5 juta Euro atau setara Rp 110 miliar untuk pembangunan kompleks SMK tersebut. Selain itu, sebesar 3,5 juta Euro dikucurkan untuk kelengkapan fasilitas dan furnitur. Demikian disampaikan Duta Besar Jerman untuk Indonesia Baron Paul von Maltzahn, pada saat meresmikan SMK Negeri 1-3 di desa Mibo, Lhong Raya, Aceh Besar, Kamis (10/7).

Peresmian SMK 1, SMK 2, dan SMK 3 yang dibangun di atas lahan seluas 6,4 hektar itu dihadiri Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias Kuntoro Mangkusubroto, Duta Besar Jerman untuk Indonesia Baron Paul von Maltzahn, dan anggota board KFW (Bank Pembangunan Jerman –red) Ingrid Matthaus-Maier, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Suyanto, dan Asisten II Pemerintah Aceh Said Mustafa.
Kompleks SMK yang baru dibangun Jerman itu dilengkapi 100 ruang belajar, training hotel, laboratorium, tempat workshop (training centre), sarana ibadah. Sekolah ini mampu menampung 3.700 siswa. Kepala BRR NAD-Nias Kuntoro Mangkusubroto mengatakan, Jerman telah membangun sebuah kompleks pendidikan yang megah dan menyenangkan.
Kuntoro mengharapkan, tiga sekolah kejuruan yang berada dalam satu kompleks ini bisa mendidik generasi Aceh yang lebih baik, terutama di bidang pelayanan, keramahtamahan. “Kita memerlukan hospitality, keramahtamahan, cara mengekspresikan terimakasih, cara melayani tamu. Ini perlu kita introduce kepada anak-anak kita,” kata Kuntoro dalam sambutan saat meresmikan gedung SMK baru di Desa Mibo, Lhong Raya, Aceh Besar, Kamis (10/7).
Menurut Kuntoro, sekolah kejuruan penting sekali untuk meningkatkan kualitas generasi muda Aceh. Kuntoro mengaku terkejut waktu mendengar hanya ada satu sekolah kejuruan di bidang perikanan di Aceh. Padahal, panjang garis pantai Aceh mencapai 800 kilometer. Tak hanya itu, sekolah kejuruan di bidang lain juga sangat diperlukan, seperti otomotif, pertanian, dan tourism. “Alhamdulillah sekarang di Aceh ada sebuah sekolah semacam ini yang menggabungkan bermacam hal, mulai dari otomotif, elektronik sampai pada hospitality, perhotelan dan tourism,” lanjutnya, sembari berpesan kepada siswa dan pengelola sekolah untuk menjaga dan merawat gedung sekolah dengan baik.
Sementara itu, Duta Besar Jerman untuk Indonesia Baron Paul von Maltzahn mengaku gembira bisa membantu pendidikan di Aceh. Dia berharap kehadiran tiga SMK ini mampu meningkatkan kualitas generasi muda Aceh. Paul menyebut sekolah ini dengan sebutan Sekolah Three in One (tiga sekolah dalam satu kompleks).
“Permintaan pasar terhadap tenaga yang punya keahlian akan meningkat. Dengan adanya fasilitas ini kita bisa memproduksi pekerja yang punya keahlian untuk Aceh dan Indonesia,” harap Paul von Maltzahn.
Anggota board KFW Ingrid Matthaus-Maier mengharapkan agar pihak sekolah dan siswa SMK bisa merawat dengan baik berbagai fasilitas dan gedung yang telah dibangun Jerman. :Kita harap, saat enam bulan lagi tim KFW datang ke sini ditemukan adanya atap yang bocor. Saya yakin tidak akan ada kebocoran, karena gedung ini dibangun tim dengan kerjasama yang baik,” kata Inggrid.

Selain membangun SMK 1-3 di Banda Aceh, Jerman melalui RESA Project juga merekonstruksi dua unit SMK dan empat SMA di Nias, 1 SMA dan 3 SMK di Simeulue, 1 SMK di Blang Pidie, dan merehabilitasi SMK di Samalanga, Peungan Selatan, dan Jeunib (Kabupaten Bireuen).
Jerman tak hanya membantu memulihkan Aceh dan Nias di bidang pendidikan. Melalui KFW, Jerman mendonasikan uangnya untuk pembangunan gedung Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin. Menurut Kuntoro Mangkusubroto, Jerman merupakan salah satu donor besar dalam fase rekonstruksi Aceh dan Nias. Total dana yang dibantu Jerman mencapai Rp 3,7 triliun atau USD 380 juta. Sementara anggaran dari KFW berjumlah 116 juta Euro. “Betapa besar perhatian dan keinginan Jerman untuk membantu Aceh. Ini luar biasa,” kata Kuntoro,

Posted in Diposkan oleh kulatbulat di Friday, July 11, 2008